MAKALAH SEJARAH
INDONESIA
Disusun oleh :
Anis Widyastuti (03)
Noviantia Nurul Afifah (23)
Nurul Wahidatus Sholihah (26)
Yusri Candra Alim (34)
SMA NEGERI 1 PATI
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Sejarah Indonesia yang membahas tentang Kerajaan
Kediri ini. Kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menjadi sumber referensi siswa maupun guru sehingga pembaca memiliki ilmu
pengetahuan yang lebih luas mengenai sejarah Kerajaan Kediri.
Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini. Tanpa kerja keras dan bantuan pihak lain, pastilah penyusun tidak
dapat membuat makalah ini dengan baik.
Dalam
menyusun makalah ini, tidak sedikit hambatan yang telah penyusun lalui. Hal itu
tentu mempengaruhi isi daripada makalah yang telah disusun ini. Berken aan
dengan hal tersebut, kesalahan dalam makalah pastilah ada. Oleh karena itu,
kami berharap agar pembaca dapat memberi kritik dan saran demi tercapainya
kesempurnaan makalah yang ini.
Pati,
November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL........................................................................................ i
KATA
PENGANTARA................................................................................... ii
DAFTAR
ISI................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah................................................................ 1
1.3 Tujuan.................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
2.1 Sejarah
Berdirinya Kerajaan Kediri..................................... 3
2.2 Perkembangan
Kerajaan Kediri........................................... 4
2.3 Aspek
Kehidupan Kerajaan Kediri...................................... 4
2.4 Raja-raja
yang pernah memerintah...................................... 6
2.5 Sumber
sejarah Kerajaan Kediri.......................................... 8
2.6 Runtuhnya
Kerajaan Kediri ................................................ 9
BAB
III PENUTUPAN................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan......................................................................... 11
3.2 Saran................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan
Hindu yang terletak di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri
pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja
pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang menamakan dirinya
sebagai titisan Wisnu.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.
1.2 Rumusan Masalah
1) Dimana letak lokasi Kerajaan Kediri?
2) Bagaimana perkembangan Kerajaan
Kediri?
3) Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan
Kediri?
4) Siapa saja Raja-raja yang pernah
memerintah di Kerajaan Kediri?
5) Apa saja sumber sejarah Kerajaan
Kediri?
6) Apa penyebab runtuhnya Kerajaan
Kediri?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan makalah ini adalah :
1) Umum :
1) Umum :
·
Mengetahui
tentang berdiri Kerajaan Kediri
·
Mengetahui
sumber sejarah Kerajaan Kediri
·
Mengetahui
aspek kehidupan Kerajaan Kediri
·
Mengetahui
Raja-raja yang memerintah Kerajaan Kediri
·
Mengetahui
perkembangan Kerajaan Kediri
·
Mengetahui
sumber sejarah Kerajaan Kediri
·
Mengetahui
penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri
2) Khusus :
Untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Sejarah Indonesia mengenai materi kelas X tentang Kerajaan-Kerajaan pada masa
Hindu-Budha di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah
berdirinya Kerajaan Kediri
Penemuan
Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan
Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi
tentang kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca
yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama
kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.
Pada
tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua
bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan
oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua
kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan
Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas dikisahkan
dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab
Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi
pertikaian.
Kerajaan
Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya
Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu
kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya
Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan
saling merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah
peperangan.
Pada
akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena
kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri
Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota
baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan
kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.
Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan
(1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan
Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
Pada
awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada
perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan
menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah
kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain
ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak
menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra.
Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu
Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas
Jenggala.
2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri
Dalam
perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi besar,
sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala
ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga
disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum ditemukannya
prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat
jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.
Namun kemudian
kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri inilah Ken
Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di bawah
kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara
(1268 1292), terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri
yang selama ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep
(Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292 Jayakatwang
berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali kejayaan Kerajaan
Kediri.
2.3
Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri
Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya
pada masa Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :
a. Kehidupan
Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja
Kediri, Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji
Garasakan yag berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta
Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi hampir seluruh wilayah
Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut menimbulkan
perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut
dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi
seluruh
bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama menjadi Raja
Kediri, Jayabaya
berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat memberontak ingin memisahkan
diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam prasasti Hantang
yang beraangka tahun 1135.
Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi
Panjalu jayati yang artinya Panjalu menang. Prasasti tersebut dikeluarkan
sebagai piagam pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang
yang setia pada Kediri selam perang melawan Jenggala.
Sebagai kemenangan atas Jenggala,
nama Jayabaya diabadikan dalam kitab Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang
digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah perang
perbutan takhta Hastinapura antara keluarga Pandhawa daan Kurawa. Sejarah
pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut sehingga
kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk memperkuat
kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan.
Selain itu, untuk menunjukkan
kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja Kediri, Jayabaya menyatakan dirinya
sebagai keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu. Selanjutnya ia mengenakan
lencana narasinga sebagai lambang Kerajaan Kediri.
Pada masa pemerintahan Ketajaya
Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran. Raja Kertajaya membuat kebijakan
yang tidak populer dengan mengurangi hak-hak brahmana. Kondisi ini menyebabkan
banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel yang dkuasai oleh Ken Arok.
Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan untuk menyerang Tumapel. Akan tetapi
pertempuran di Desa Ganter, pasukan Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya
terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya digantikan
oleh Singasari.
b.
Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan
agama yang sangat religius. Mereka menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini
terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog yang ditemukan di wilayah Kediri yakni
berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca tersebut
menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama Hindu Syiwa
menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat
menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah
satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang
disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.
c.
Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada
sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki
lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian menghasilkan
banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor perdagangan
Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras,
barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu
cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran
penting dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka memperkenalkan rempah-rempah
diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke sejumlah Bandar di
Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-rempah
dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh
kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah
Maluku mulai dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.
d.
Kehidupan Sosial Budaya
Pada masa pemerintahan Raja
Jayabaya, struktur pemerintahan ‘
Kerajaan Kediri sudah teratur.
Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan menjadi
tiga golongan sebagai berikut :
1.
Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam
lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2.
Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas
para pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
3.
Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak
mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.
Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang
sastra berkembang pesat. Pada masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda
berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis
kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa. Selanjutnya pada masa pemerintahan
Kameswara muncul kitab Smaradhahana yang
ditulis oleh Mpu Dharmaja serta kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis
oleh Mpu Tanakung. Pada masa pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga bernama
Mpu Monaguna yang menulis kitab Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab
Kresnayana.
2.4 Raja-Raja yang Pernah Memerintah
Kerajaan Kediri yang termasyhur
pernah diperintah 8 raja dari awal berdirinya sampai masa keruntuhan kerajaan
ini. Dari kedelapan raja yang pernah memerintah kerajaan ini yang sanggup
membawa Kerajaan Kediri kepada masa keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang sangat
terkenal hingga saat ini.
Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai berikut :
1. Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa
ini hanya dapat diketahui dari prasasti Sirah Keting (1104 M). Pada masa
pemerintahannya Jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda
penghargaan, karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari prasasti itu
diketahui bahwa Raja Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat
dan berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
2. Sri Bameswara
Raja
Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di daerah Tulung
Agung dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih banyak memuat
masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik diketahui keadaan
pemerintahannya.
3. Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa
keemasan ketika diperintah oleh Prabu Jayabaya. Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya
dalam memakmurkan rakyatnya memang sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu
kota di Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini tanahnya amat subur,
sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah
kota membelah aliran sungai Brantas. Airnya bening dan banyak hidup aneka ragam
ikan, sehingga makanan berprotein dan bergizi selalu tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota Jenggala, dekat
Surabaya, dengan naik perahu menelusuri sungai. Roda perekonomian berjalan
lancar, sehingga Kerajaan Kediri benar-benar dapat disebut sebagai negara yang
“Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157
Masehi. Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan
pemerintahan tidak tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh ke
depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang masa.
Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada beliau, hal
itu menunjukkan bahwa pada masanya berkuasa tindakan beliau yang selalu
bijaksana dan adil terhadap rakyat.
4. Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan
pada prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan (1161). Sebagai raja
yang taat beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera memegang teguh prinsip
“tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk
adalah engkau”.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang
terakhir adalah moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang
benar adalah sesuatu yang menuju arah kesatuan, sehingga segala sesuatu yang
menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
5. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171),
Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang memerintah sekitar tahun 1171. Nama gelar
abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara
Arijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta.
peninggalan sejarahnya berupa prasasti Angin, 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan
Kediri pada saat itu Ganesha. Tidak diketahui pula kapan pemerintahannya
berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring adalah Sri
Gandra.
6. Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra
(1181 M) dapat diketahui dari prasasti Jaring, yaitu tentang penggunaan nama hewan
dalam kepangkatan seperti seperti nama gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama
tersebut menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana.
7. Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra
dapat diketahui dari Prasasti Ceker (1182) dan Kakawin Smaradhana. Pada masa
pemerintahannya dari tahun 1182 sampai 1185 Masehi, seni sastra mengalami
perkembangan sangat pesat, diantaranya Empu Dharmaja mengarang kitab
Smaradhana. Bahkan pada masa pemerintahannya juga dikeal cerita-cerita panji
seperti cerita Panji Semirang.
8. Sri Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung
(1194), prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon
(1205), Nagarakretagama, dan Pararaton, pemerintahan Sri Kertajaya berlangsung
pada tahun 1190 hingga 1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”.
Selama masa pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan
Kertajaya ingin mengurangi hak-hak kaum Brahmana.
Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum
Brahmana di Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak
yang lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan
pasukan untuk menyerang Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum
Brahmana melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di
dekat Ganter (1222 M)
2.5
Sumber
Sejarah Kerajaan Kediri
Adapun sumber sejarah Kerajaan
Kediri berasal dari beberapa prasasti dan berita asing sebagai berikut :
1. Prasasti Sirah
Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada
rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.
2. Prasasti yang
ditemukan di Tulungagung dan Kertosono, yang berisi masalah keagamaan,
diperkirakan berasal dari Raja Bameswara tahun 1117 – 1130 M.
3. Prasasti Ngantang
(1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan hadiah kepada
rakyat Desa Ngantang sebidang tanah perdikan yang bebas dari pajak. Baca
selengkapnya di Siapa sosok Prabu Jayabaya?
4. Prasasti Jaring
(1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama hewan, seperti kebo waruga dan tikus finada.
5. Prasasti Kamulan
(1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, Kerajaan
Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang memusuhi istana di Katang-katang.
6. Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan kediri
sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita Cina ini merupakan kumpulan
cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan
Kediri, seperti Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua (1220 M).
Buku ini banyak mengambil cerita
dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M) karangan Chu Ik Fei. Kedua buku tersebut
menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan 13 Masehi.
2.6
Runtuhnya Kerajaan Kediri
Kertajaya
adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti
Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh
rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan
antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab
berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan
itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar adat dan memaksa kaum
brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para Brahmana kemudian meminta perlindungan
pada Ken Arok di Singosari. Kebetulan Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan
Tumapel (Singosari) yang dulunya merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah
pertempuran antara prajurit Kertajaya dan pasukan Ken Arok di desa Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan
Ken Arok berhasil menghancurkan prajurit Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah
masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari.
Runtuhnya kerajan Panjalu-Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya dikisahkan
dalam Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu
wilayah dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha,
putra Kertajaya sebagai Bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya
yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan oleh putranya ,
yaitu Jayakatwang. Tahun 1292 Jayakatwang menjadi bupati geleng-geleng. Selama
menjadi bupati, Jayakatwang memberontak terhadap Singosari yang dipimpin oleh
Kertanegara, karena dendam di masa lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajaya dikalahkan
oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun
kembali Kerajaan Kediri, namun hanya bertahan satu tahun. Hal itu terjadi
karena adanya serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan
pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Menurut
sumber yang kami peroleh tentang Kerajaan Kediri maka dapat kami ambil simpulan
bahwa Kerajaan Kediri
merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai Brantas, Jawa
Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan
Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang
menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
Kertajaya
adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti
Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh
rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan
antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab
berakhirnya Kerajaan Kediri.
3.2 Saran
Dengan adanya tugas Sejarah
Indonesia membuat makalah mengenai Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, maka kita diharapkan lebih mengetahui
tentang sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia salah satunya Kerajaan Kediri.
Menurut Ir. Soekarno beliau berkata “JASMERAH” Jangan
Lupakan Sejarah, maka kita penerima warisan (sejarah) hendaknya lebih giat lagi
mencari pengetahuan mengenai sejarah-sejarah masa lampau. Contoh kecil adalah
mencari peristiwa apa saja yang terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Dengan demikian kita akan menambah rasa patriotisme (cinta tanah
air) yang sebagai pemuda-pemudi bangsa sangat penting memiliki jiwa tanah air,
guna membangun bangsa yang lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
3 comments
Click here for commentssama-sama :)
ReplyMAKALAH SOSIOLOGI GEJALA SOSIAL KEMISKINAN
Replyhaksablog.wordpress.com
MAKALAH SOSIOLOGI GEJALA SOSIAL KEMISKINAN
Replyhaksablog.wordpress.com
ConversionConversion EmoticonEmoticon